Maksud Yang Mulia
Dalam bahasa Inggeris: Venerable One, Noble One
Sila ambil perhatian: Contoh di bawah adalah untuk tujuan ilustrasi sahaja dan tidak menggambarkan terjemahan atau petikan langsung. Adalah menjadi tanggungjawab anda sendiri untuk menyemak fakta untuk kebenaran.
Konsep Buddha 'Yang Mulia'
Dalam konsep Buddhisme, "Yang Mulia" merujuk pada berbagai tokoh dan konsep penting. Dalam tradisi Theravada, istilah ini sering digunakan untuk menghormati anggota Sangha yang telah maju dalam praktik spiritual dan dapat memberikan bimbingan [1]. Istilah ini digunakan untuk menyebut para bhikkhu yang hadir dalam diskusi [2] serta para bhikkhu senior dalam hierarki monastik [3].
Dalam konteks pengambilan keputusan, "Yang Mulia" merujuk kepada anggota monastik yang dihormati [4]. Mereka yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan atau hukum juga mendapat sebutan ini [5]. Dalam konteks lain, istilah ini digunakan untuk menyebut para bhikkhu senior yang pantas dihormati dalam komunitas monastik [6].
Istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada para bhikkhu yang dihormati dan ditujukan dalam berbagai situasi, seperti saat membahas kain untuk musim hujan [7]. Dalam tradisi Theravada, "Yang Mulia" juga digunakan untuk merujuk kepada para bhikkhu yang diminta untuk menjelaskan tentang kesucian mereka [8] dan mereka yang dihormati dan dihormati [9].
Dalam konteks yang lebih luas, "Yang Mulia" merujuk kepada anggota Ordo yang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat mereka [10]. Dalam percakapan sehari-hari, para bhikkhu menggunakan istilah ini untuk saling menyapa [11] dan untuk merujuk kepada anggota senior komunitas monastik [12].
Istilah ini juga menunjukkan otoritas para bhikkhu senior dalam proses pengambilan keputusan [13] dan menghormati mereka yang pendapat dan reaksinya diperhitungkan dalam proses kesepakatan [14]. Dalam konteks tertentu, istilah ini digunakan saat menegur [15].
Tokoh-tokoh seperti Anuruddha, Nandiya, dan Kimbila, yang dihormati karena komitmen spiritual mereka, juga termasuk dalam kategori ini [16]. "Yang Mulia" juga merujuk kepada para bhikkhu yang lebih tua atau senior yang kehadirannya dianggap sebagai persetujuan [17]. Dalam konteks formal, istilah ini digunakan untuk menyapa anggota senior komunitas monastik [18].
Bahkan para bhikkhu yang baru ditahbiskan, yang diakui karena kehormatan dan pencapaian spiritual mereka, juga mendapat sebutan ini [19]. Dalam proses pengambilan keputusan, pendapat dan perasaan anggota Ordo yang dihormati dapat memengaruhi hasil [20].
Dalam konteks interaksi antarpribadi, istilah ini digunakan untuk merujuk kepada para bhikkhu senior yang dikonsultasikan dalam keputusan [21] dan untuk menghormati status dan pengalaman para bhikkhu [22]. Istilah ini juga digunakan dalam diskusi tentang perpecahan [23] dan untuk mengundang anggota lain dalam upacara [24].
Dalam konteks lain, para bhikkhu yang dihormati yang pendapatnya dipertimbangkan dalam keputusan tentang Aula Pengamatan juga mendapat sebutan ini [25]. Dalam hierarki monastik, istilah ini menunjukkan status dan hubungan hierarkis para bhikkhu [26].
Para anggota Ordo yang lebih tua dan bijaksana juga mendapat sebutan ini [27]. Istilah ini juga digunakan dalam proses pengambilan keputusan tentang penerimaan dan persetujuan para bhikkhu [28]. Dalam percakapan, istilah ini digunakan untuk menyapa bhikkhu atau seseorang yang sangat dihormati dalam komunitas [29].
Bahkan seorang bhikkhu yang menderita penyakit pun bisa disebut "Yang Mulia" [30]. Dalam konteks pemberian harta benda setelah kematian seorang bhikkhu, anggota Ordo yang dihormati juga mendapat sebutan ini [31]. Persetujuan dari anggota Ordo yang dihormati dicari dalam berbagai keputusan [32].
Dalam konteks tradisi Theravada, istilah ini juga digunakan untuk menghormati para bhikkhu senior yang dihormati atas kebijaksanaan dan otoritas mereka [33]. "Yang Mulia" adalah gelar kehormatan yang diberikan kepada bhikkhu senior [34].
Anggota senior dan terhormat dalam komunitas monastik yang memiliki otoritas dan rasa hormat juga mendapat sebutan ini [35]. Dalam proses pengambilan keputusan, pendapat dari para bhikkhu senior dihargai [36].
Garahadinna menggunakan istilah ini untuk merujuk kepada Buddha dan para pengikutnya [37]. Istilah ini juga digunakan untuk menyapa para bhikkhu atau tokoh senior dalam Buddhisme [38].
Sona Kutikanna Mahathera juga disebut "Yang Mulia" [39]. Dalam konteks penyelidikan moral, istilah ini digunakan untuk merujuk kepada anggota komunitas Bhikkhu yang terhormat [40].
Istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada para bhikkhu yang terlibat dalam pembacaan dan kepatuhan terhadap aturan perilaku [41]. Dalam komunitas monastik, istilah ini digunakan untuk merujuk kepada mereka yang memiliki otoritas atau kebijaksanaan [42].
Dalam konteks lain, istilah ini digunakan untuk merujuk kepada para pemimpin komunitas yang dihormati [43]. Dalam konteks teks, istilah ini digunakan untuk merujuk kepada mereka yang ditanyai tentang kesucian mereka [44].
Seorang bhikkhu yang menderita penyakit mata juga mendapat sebutan "Yang Mulia" [45]. Seorang bhikkhu yang menderita penyakit kulit tebal juga disebut demikian [46]. Maha Moggallana juga disebut "Yang Mulia" [47].
Para bhikkhu senior atau individu yang dihormati dalam komunitas Buddhis juga mendapat sebutan ini [48]. Bhikkhu yang diberi izin untuk makan mangga juga mendapat sebutan ini [49].
Istilah ini juga merujuk kepada para bhikkhu yang dihormati yang menjadi pendengar dalam pengajaran dan peristiwa yang dibahas [50]. Istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada seorang bhikkhu dalam konteks kesalahan atau tidak bersalahnya [51].
Bahkan seorang bhikkhu yang gila dan melakukan kesalahan juga disebut "Yang Mulia" [52]. Dalam proses pengambilan keputusan tentang kesalahan Udayi, anggota Sangha yang dihormati juga disebut "Yang Mulia" [53].
Seorang bhikkhu juga diakui atas status dan pengalamannya [54]. Istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada bhikkhu senior [55]. Anggota Sangha yang dihormati juga mendapat sebutan ini [56].
Dalam tradisi Theravada, istilah ini juga merujuk kepada Culia-Siva, yang merupakan contoh praktik kasina air [57]. Secara umum, istilah ini juga digunakan untuk merujuk kepada guru spiritual atau tokoh senior dalam komunitas Buddhis [58]. Dalam Mahayana, istilah ini digunakan untuk menghormati kebijaksanaan dan status Bhagavat [59], mereka yang melihat Prajna [60] dan untuk menyebut Buddha [61]. Dalam Buddhisme Tibet, istilah ini merujuk pada tokoh penting seperti mid la ras pa [62] dan guru spiritual [63]. Dalam Buddhisme, istilah ini juga merujuk kepada Lasunadayaka [64].
Konsep Hindu 'Yang Mulia'
"Yang Mulia" dalam konteks Hindu merujuk kepada individu yang dihormati. Dalam Purana, ia digunakan untuk dewa seperti Brahma, Vishnu, dan Rudra yang menjelma . Ia juga ditujukan kepada tokoh bijaksana seperti Markandeya dan guru seperti Sandipani . Pendeta utama, Vasishtha, juga dipanggil demikian, menunjukkan peranan pentingnya dalam upacara [65]. Jambavan, beruang tua bijaksana, juga menerima penghormatan [66].
Dalam Vedanta, ia adalah panggilan hormat untuk individu yang dihormati, mencerminkan kekaguman mendalam [67].
Konsep Jain 'Yang Mulia'
Dalam Jainisme, "Yang Mulia" merujuk kepada tokoh-tokoh terhormat. Arishtanemi diberikan gelaran ini, menunjukkan kedudukannya yang mulia [68]. Ia juga digunakan untuk Mahavira, guru yang ajarannya dibincangkan [69].
Seseorang yang suci, mengawal nafsu, mengamalkan meditasi [70]. Mahavira, pahlawan agung, menekankan meditasi [71]. Beliau, contoh kesabaran dan pencerahan dalam penderitaan [72].
Konsep Yang Mulia dalam sumber tempatan dan serantau
Yang Mulia merujuk kepada individu berakhlak tinggi yang layak dihormati dan dilayani [73]. Ia juga gelaran raja menandakan integriti dan sifat terpuji [74].
Sumber dan rujukan untuk bacaan lanjut
Senarai di atas adalah berdasarkan beberapa artikel (Bahasa Inggeris) dalam agama Buddha, Hindu, Jainisme, Sejarah dan tradisi rohani yang lain. Sumber yang digunakan dan maklumat lanjut tentang maksud simbol "Yang Mulia" boleh didapati di bawah untuk rujukan:
-) Patipada (path of practice): ^(1)
-) Vinaya Pitaka (1): Bhikkhu-vibhanga (the analysis of Monksâ� rules) door I. B. Horner: ^(2), ^(3), ^(4), ^(5), ^(6), ^(7), ^(8), ^(9)
-) Vinaya Pitaka (2): Bhikkhuni-vibhanga (the analysis of Nunâ� rules) door I. B. Horner: ^(10)
-) Vinaya Pitaka (3): Khandhaka door I. B. Horner: ^(11), ^(12), ^(13), ^(14), ^(15), ^(16), ^(17), ^(18), ^(19), ^(20), ^(21), ^(22), ^(23), ^(24), ^(25), ^(26), ^(27), ^(28), ^(29), ^(30), ^(31), ^(32), ^(33), ^(34), ^(35), ^(36)
-) Maha BuddhavamsaâThe Great Chronicle of Buddhas door Ven. Mingun Sayadaw: ^(37), ^(38), ^(39)
-) Vinaya (1): The Patimokkha door T. W. Rhys Davids: ^(40), ^(41), ^(42), ^(43), ^(44)
-) Vinaya (2): The Mahavagga door T. W. Rhys Davids: ^(45), ^(46), ^(47)
-) Vinaya (3): The Cullavagga door T. W. Rhys Davids: ^(48), ^(49), ^(50), ^(51), ^(52), ^(53), ^(54), ^(55), ^(56)
-) Visuddhimagga (the pah of purification) door ĂÄáčamoli Bhikkhu: ^(57), ^(58)
-) Maha Prajnaparamita Sastra door Gelongma Karma Migme Chödrön: ^(59), ^(60), ^(61)
-) Blue Annals (deb-ther sngon-po) door George N. Roerich: ^(62), ^(63)
-) Apadana commentary (Atthakatha) door U Lu Pe Win: ^(64)
-) Ramayana of Valmiki (Shastri) door Hari Prasad Shastri: ^(65), ^(66)
-) Taittiriya Upanishad Bhashya Vartika door R. Balasubramanian: ^(67)
-) Uttaradhyayana Sutra door Hermann Jacobi: ^(68)
-) Sutrakritanga (English translation) door Hermann Jacobi: ^(69)
-) Acaranga-sutra door Hermann Jacobi: ^(70), ^(71), ^(72)
-) Triveni Journal: ^(73), ^(74)