Maksud Tuan-tuan
Dalam bahasa Inggeris: God, Lord
Ejaan alternatif: Tuhan
Sila ambil perhatian: Contoh di bawah adalah untuk tujuan ilustrasi sahaja dan tidak menggambarkan terjemahan atau petikan langsung. Adalah menjadi tanggungjawab anda sendiri untuk menyemak fakta untuk kebenaran.
Konsep Buddha 'Tuan-tuan'
Dalam ajaran Buddha, konsep "Tuhan" atau "Tuan" (Tuhan-tuan) memiliki berbagai makna dan penggunaan yang berbeda. Dalam tradisi Buddha Theravada, istilah ini sering kali merujuk kepada Sang Buddha, sosok yang dihormati dan menjadi pusat ajaran. Sang Buddha sering disebut sebagai "Tuan" yang memberikan bimbingan dan arahan kepada para bhikkhu dan umat. [1] Beliau adalah guru agung yang mengajar dengan hati-hati dan memberikan teladan dalam praktik spiritual. [2]
Konsep "Tuan" juga digunakan untuk merujuk kepada tokoh-tokoh lain yang dihormati dalam komunitas Sangha, seperti tokoh yang memberikan nasihat mengenai perilaku dan aturan bagi para bhikkhu. [3] Dalam konteks ini, "Tuan" melambangkan otoritas spiritual dan moral. Sang Buddha sering kali memberikan wejangan dan teguran kepada para bhikkhu mengenai berbagai aspek kehidupan monastik, termasuk perilaku, penggunaan barang-barang, dan interaksi dengan masyarakat. [4] Beliau juga menjelaskan tentang pentingnya menghindari hal-hal yang menghambat praktik spiritual, seperti pembangunan yang berlebihan. [5]
Dalam ajaran Buddha Mahayana, "Tuan" adalah gelar kehormatan bagi Buddha, yang dipandang sebagai sosok yang memiliki kebijaksanaan dan kebajikan luar biasa. [6] Beliau adalah pembimbing yang membimbing makhluk hidup menuju pencerahan. Konsep ini juga menyoroti peran Buddha sebagai pusat ajaran dan tempat berlindung bagi umat. [7]
Dalam Buddhisme Tibet, penggunaan gelar ini dapat menunjukkan bahwa gelar tidak selalu mencerminkan substansi. [8] Secara keseluruhan, konsep "Tuhan" dalam ajaran Buddha Theravada dan Mahayana, mengacu pada sosok yang dihormati, memberikan bimbingan spiritual, dan menjadi pusat ajaran, yang menekankan pentingnya praktik, kebijaksanaan, dan kebajikan dalam mencapai pencerahan. [9] Sang Buddha memberikan arahan kepada para bhikkhu mengenai cara hidup yang benar dan cara mencapai Nibbana. [10] Selain itu, Buddha juga menjelaskan tentang hal-hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, memberikan contoh yang baik dan memberikan nasihat yang bijaksana. [11]
Konsep Hindu 'Tuan-tuan'
Dalam konteks Hindu, konsep "Tuhan" dalam bahasa Melayu seringkali merujuk kepada entitas ilahi tertinggi atau dewa-dewi yang dipuja. Dalam Vaishnavisme, Tuhan adalah sosok yang menjadi pusat perhatian dalam berbagai bentuknya, seperti yang dijelaskan dalam teks [12]. Ini juga bisa merujuk pada figur ilahi yang menyebabkan kerinduan atau perpisahan pada pemuja [13]. Dalam konteks emosional, Tuhan adalah fokus utama dari cinta dan pengabdian [14]. Dia adalah sosok yang diingat melalui elemen alam seperti teratai dan lautan [15]. Tuhan juga bisa menjadi sumber kebahagiaan spiritual dan pengabdian [16].
Dalam Vaishnavisme, Tuhan sering kali dihubungkan dengan Jagadishvara, entitas tertinggi yang menjadi pusat ibadah [17]. Shri Bhagavan, yang juga merupakan Tuhan, menjadi fokus utama dalam praktik bhajana dan pemujaan [18]. Tuhan juga digambarkan sebagai penguasa Vaikuntha, dengan sifat-sifat luar biasa [19]. Dalam konteks ini, Tuhan juga bisa berarti Shri Vaikunthanatha, yang persetujuannya diperlukan untuk tindakan spiritual [20]. Bahkan, Tuhan bisa menjadi Shri Bhagavan yang dimainkan oleh anak-anak penggembala, menunjukkan kesucian [21].
Dalam konteks lain, Tuhan adalah Bhagavan, yang menjadi pusat dari pengabdian [22]. Tuhan, sebagai Prabhau, adalah pusat kekaguman [23]. Dia adalah sosok yang dicari untuk bimbingan dan pencerahan [24]. Dia juga merupakan sosok yang dihormati melalui musik dan nyanyian [25]. Tuhan adalah perwujudan kesadaran dan pusat dari proses penciptaan kosmik [26]. Bhagavantam, yang juga Tuhan, adalah sosok yang ingin dilihat oleh para pemuja [27]. Gopa-kumara merindukan dan akhirnya mengalami Tuhan [28]. Dalam konteks yang lebih spesifik, Tuhan juga dapat berarti Rama [29], Wisnu [30], atau Bhagavan yang memegang kedaulatan [31].
Dalam konteks yang lebih luas, Tuhan adalah sosok yang menciptakan dan mengatur alam semesta [32]. Ia adalah sosok yang menerima penghormatan [33] dan memberikan penghormatan kepada para pemujanya [34]. Tuhan adalah Supersoul yang mahatahu [35]. Dia juga dapat memerintah dan memberikan tugas [36]. Tuhan, sebagai Srashtara, bertanggung jawab atas pembentukan alam semesta [37]. Dalam banyak kasus, Tuhan memberikan bimbingan ilahi [38] dan membuat pernyataan penting [39]. Tuhan adalah sosok yang dituju dalam doa [40] dan tempat Nityananda Svarupa bergabung dalam tarian [41].
Tuhan adalah sosok yang mengambil barang [42], yang memiliki Sita dan Lakshmana di sisinya [43]. Ia adalah sosok yang menerima sedekah [44], yang menjadi pusat penghormatan [45], dan yang menjelaskan kebenaran spiritual [46]. Tuhan juga adalah sumber kekuasaan [47], yang menjadi fokus pemujaan [48]. Tuhan adalah sosok yang berkuasa [49], yang menjadi tempat kembali setelah pencarian [50]. Dia adalah sosok yang memiliki hubungan dengan para pemuja [51], yang memberikan rahmat [52], dan yang memberikan hasil yang sesuai dengan cara pemujaan [53]. Tuhan juga merupakan sosok yang memicu berbagai emosi [54].
Tuhan juga bisa menjadi Krishna [55], yang ditanyakan tentang pengalamannya [56], atau sosok yang menjadi pusat perhatian [57]. Tuhan adalah sosok yang memberi kebahagiaan [58], yang menerima pujian [59], dan yang memiliki pengetahuan [60]. Tuhan, sebagai Govinda, dicuri oleh para pencuri [61]. Tuhan adalah sosok yang memaafkan [62] dan yang mengalami cinta yang penuh semangat [63]. Ia juga adalah sosok yang menjadi pusat pengalaman spiritual [64]. Tuhan adalah sosok yang hadir dalam upacara [65], yang membuat orang tertawa [66], yang mengunjungi tempat-tempat suci [67], yang memiliki murid yang tak terhitung jumlahnya [68], dan yang menciptakan kelahiran para pemujanya [69].
Dalam konteks Vedanta, Tuhan adalah prinsip penciptaan yang bertanggung jawab atas hasil perbuatan [70]. Ia adalah sosok yang mampu melakukan aktivitas dan non-aktivitas tanpa kontradiksi [71]. Tuhan adalah entitas yang ada di dalam mata [72]. Dalam Kavyashastra, Tuhan adalah entitas ilahi tertinggi yang dipuja .
Konsep Jain 'Tuan-tuan'
Dalam Jainisme, "Tuhan" merujuk kepada sosok ilahi atau dewa dalam konteks agama [73]. Gelaran ini juga diberikan kepada pemimpin penting yang menikah demi kesopanan dan memiliki tanggung jawab besar, termasuk menghormati orang tuanya [74]. Tokoh ilahi ini memiliki kejelasan penglihatan dan mampu merenungkan karma serta kehancurannya [75].
"Tuhan" juga merupakan gelar yang mencerminkan otoritas dan makna spiritual [76]. Sosok spiritual pusat, sang Master, memiliki kemahatahuan dan kebijaksanaan [77]. Gelar lain untuk Master menunjukkan statusnya yang dihormati [78]. Terdapat pula tokoh yang memberikan hadiah kepada putranya dan menjadi pusat perayaan [79].
Sosok pusat lainnya dihormati karena kebijaksanaan, belas kasih, dan otoritas spiritualnya [80]. Dalam naratif ini, "Tuhan" merujuk pada entitas spiritual pusat [81]. Sosok ilahi pusat dalam jemaat, dihormati oleh Trimukha dan Duritari, mewakili otoritas spiritual yang lebih tinggi [82]. Ini juga merupakan gelar kehormatan [83] yang diberikan kepada sosok yang dihormati [84] yang pantas menerima penghormatan. Bhagavan Gautama mengakui sosok ilahi yang patut dihormati [85] yang sering dikaitkan dengan otoritas dan kekuatan spiritual [86].
Konsep Tuan-tuan dalam sumber tempatan dan serantau
Dalam konteks sejarah India, konsep "Tuhan" (atau merujuk kepada entiti ketuhanan) mencerminkan kuasa tertinggi dan kekuasaan mutlak [87]. Ia sering dikaitkan dengan realiti muktamad, sumber segala kewujudan, dan titik penyatuan semua jiwa [88]. Melalui rahmat-Nya, harapan adalah tercapainya persetujuan dan pelaksanaan [89]. Dalam beberapa konteks, ia juga merujuk kepada permohonan untuk melantik seseorang menjadi dewasa [90].
Konsep ini juga mewakili kecerdasan kosmik atau Tuhan, sumber dan realiti utama alam semesta, bertanggungjawab terhadap penciptaan dan manifestasi [91]. Ia adalah pusat kepada afiliasi rohani dan tanda penghormatan, iman, dan pengabdian [92] [93]. Ia juga digunakan untuk menggambarkan entiti abadi dan bebas, yang mana deria dan intelek menyumbang kepada penciptaan [94].
Konsep "Tuhan" juga menandakan kuasa yang lebih tinggi, yang membayangkan iman dan bimbingan dalam proses kehidupan [95]. Bhakti, seperti yang dinyatakan, adalah ingatan yang berterusan kepada Tuhan [96]. Ia sering dipohon untuk mendapatkan bantuan, menunjukkan pergantungan pada iman untuk sokongan dan bimbingan [97]. Konsep ini dikaitkan dengan iman, penyerahan diri, dan pengabdian [98].
Ia juga merujuk kepada kehadiran ilahi dalam setiap orang dan alam semesta [99]. Mencari Tuhan dianggap sebagai kunci kepada kepuasan [100]. Perlindungan-Nya memastikan keselamatan dan kemuliaan-Nya tidak terhingga, menawarkan perlindungan daripada ketakutan [101]. Ia melambangkan hubungan rohani dan kepercayaan yang sama [102]. Ia juga merupakan tokoh pusat, melambangkan pemimpin rohani, dan mewakili fokus naratif, mengilhami rasa hormat [103].
Tuhan juga digambarkan sebagai tidak berubah dan sebagai Cinta, mewakili satu yang kekal dalam kehidupan [104]. Kepercayaan dan kebergantungan kepada kuasa yang lebih tinggi ditekankan [105] [106]. Ia adalah sumber berkat dan iman [107] [108]. Tuhan adalah "magnet" yang menarik segala sesuatu kepada-Nya, dan semua orang berusaha untuk mendekati-Nya [109].
Tuhan hadir di mana-mana, seperti yang dinyatakan dalam beberapa teks [110]. Ia bertanggungjawab terhadap pemberian dan pengambilan, dengan penerimaan terhadap semua kejadian sebagai sebahagian daripada rancangan yang lebih besar [111]. Ia juga merupakan ungkapan afiliasi rohani dan penghargaan kasih sayang [112]. Ia adalah entiti yang dijadikan sebagai tandatangan [113]. Ia adalah pusat iman dan pengabdian yang mana seseorang harus mendedikasikan hidup, hati, dan jiwa mereka [114].
Ia mewakili intipati segala sesuatu dan sifat sebenar kewujudan [115]. Ia digunakan sebagai pengisytiharan kemenangan, menunjukkan rasa hormat terhadap kuasa yang lebih tinggi [116]. Ia menunjukkan kepercayaan pada kuasa yang lebih tinggi yang memberi ganjaran dan membimbing individu [117]. Tuhan melakukan apa yang dianggap terbaik [118]. Ia adalah kuasa muktamad di sebalik tindakan seseorang [119].
Segala sesuatu akan datang melalui rahmat-Nya [120]. Bantuan dan bimbingan-Nya dicari dan dipercayai [121]. Tuhan mengambil rupa, separuh wanita dan separuh lelaki, sebagai Tuhan Pengorbanan dan Penyelamat yang lemah [122]. Tuhan adalah yang membuat seseorang bekerja [123]. Doa dipanjatkan untuk kesejahteraan penerima [124]. Ia adalah yang menginginkan Karma-Yoga yang intensif, dengan keberanian yang tidak terbatas [125].
Ia menjelma berulang kali untuk melindungi Veda atau agama yang benar [126]. Ia adalah tokoh agama, menandakan hubungan rohani dan iman [127]. Tuhan sentiasa ada, membimbing dan menyediakan [128]. Ia memberkati orang Inggeris [129]. Seseorang menyerahkan buah kerja kepada-Nya [130]. Berkat-Nya dipohonkan [131]. Kelulusan-Nya mempengaruhi peristiwa [132]. Fikiran harus sentiasa memikirkan-Nya [133]. Ia adalah berat sebelah kepada yang bernasib baik [134].
Kuasa ilahi adalah maha kuasa, dan seseorang harus menunggu dan melihat [135]. Seseorang yang menyedari kehadiran Tuhan mungkin tidak memerlukan bilik sembahyang [136]. Ia dipuja oleh dunia dan memecahkan kitaran Samsara [137]. Ia adalah ungkapan pengabdian rohani [138]. Ia adalah yang dipuji [139]. Ia sentiasa bersedia untuk membantu kita [140]. Ia mempunyai rancangan yang tidak diketahui [141]. Ia tidak akan membiarkan hamba-Nya sia-sia [142]. Esensi ilahi membina ruang suci [143]. Deeds-Nya tidak terukur, seperti yang dinyatakan dalam sebuah ayat [144].
Sumber dan rujukan untuk bacaan lanjut
Senarai di atas adalah berdasarkan beberapa artikel (Bahasa Inggeris) dalam agama Buddha, Hindu, Jainisme, Sejarah dan tradisi rohani yang lain. Sumber yang digunakan dan maklumat lanjut tentang maksud simbol "Tuan-tuan" boleh didapati di bawah untuk rujukan:
-) Vinaya Pitaka (1): Bhikkhu-vibhanga (the analysis of Monks� rules) door I. B. Horner: ^(1), ^(4)
-) Patipada (path of practice): ^(2), ^(5)
-) Vinaya Pitaka (3): Khandhaka door I. B. Horner: ^(3), ^(9), ^(10), ^(11)
-) Mahayana Mahaparinirvana Sutra: ^(6)
-) Akshayamatinirdesha [english]: ^(7)
-) Tattvasangraha [with commentary] door Ganganatha Jha: ^(8)
-) Bhakti-rasamrta-sindhu door ÅšrÄ«la RÅ«pa GosvÄmÄ«: ^(12), ^(13), ^(14), ^(15), ^(16)
-) Brihad Bhagavatamrita (commentary) door ÅšrÄ« ÅšrÄ«mad BhaktivedÄnta NÄrÄyana GosvÄmÄ« MahÄrÄja: ^(17), ^(18), ^(19), ^(20), ^(21), ^(22), ^(23), ^(24), ^(25), ^(26), ^(27), ^(28), ^(29), ^(30), ^(31)
-) Chaitanya Bhagavata door Bhumipati DÄsa: ^(32), ^(33), ^(34), ^(35), ^(36), ^(37), ^(38), ^(39), ^(40), ^(41), ^(42), ^(43), ^(44), ^(45), ^(46), ^(47), ^(48), ^(49), ^(50), ^(51), ^(52), ^(53), ^(54), ^(55), ^(56), ^(57), ^(58), ^(59), ^(60), ^(61), ^(62), ^(63), ^(64), ^(65), ^(66), ^(67), ^(68), ^(69)
-) Brahma Sutras (Shankaracharya) door George Thibaut: ^(70), ^(71), ^(72)
-) Trishashti Shalaka Purusha Caritra door Helen M. Johnson: ^(73), ^(74), ^(75), ^(76), ^(77), ^(78), ^(79), ^(80), ^(81), ^(82)
-) Bhagavati-sutra (Viyaha-pannatti) door K. C. Lalwani: ^(83), ^(84), ^(85), ^(86)
-) Triveni Journal: ^(87)
-) The Complete Works of Swami Vivekananda door Srila Narayana Maharaja: ^(88), ^(89), ^(90), ^(91), ^(92), ^(93), ^(94), ^(95), ^(96), ^(97), ^(98), ^(99), ^(100), ^(101), ^(102), ^(103), ^(104), ^(105), ^(106), ^(107), ^(108), ^(109), ^(110), ^(111), ^(112), ^(113), ^(114), ^(115), ^(116), ^(117), ^(118), ^(119), ^(120), ^(121), ^(122), ^(123), ^(124), ^(125), ^(126), ^(127), ^(128), ^(129), ^(130), ^(131), ^(132), ^(133), ^(134), ^(135), ^(136), ^(137), ^(138), ^(139), ^(140), ^(141), ^(142), ^(143)