Maksud Jiwa yang dibebaskan
Jiwa yang dibebaskan merujuk kepada jiwa yang telah mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Dalam pelbagai tradisi keagamaan seperti Hindu, Jain, dan Vaishnavism, konsep ini melibatkan subjek yang telah bebas dari ikatan dunia dan mencapai keadaan kebahagiaan atau pencerahan tertinggi. Mereka tidak lagi terpengaruh oleh karma dan wujud dalam keadaan spiritual yang tinggi, serta dihormati dalam amalan ibadah. Jiwa yang dibebaskan dianggap sebagai entiti suci yang menghayati sifat hakiki dan kebebasan abadi, menikmati perjalanan spiritual mereka di alam yang lebih tinggi.
Dalam bahasa Inggeris: Liberated soul
Sila ambil perhatian: Contoh di bawah adalah untuk tujuan ilustrasi sahaja dan tidak menggambarkan terjemahan atau petikan langsung. Adalah menjadi tanggungjawab anda sendiri untuk menyemak fakta untuk kebenaran.
Konsep Buddha 'Jiwa yang dibebaskan'
Konsep "Jiwa yang dibebaskan" merujuk kepada jiwa yang bebas dari kelahiran semula, memiliki pemahaman mendalam tentang objek abadi [1][2].
Konsep Hindu 'Jiwa yang dibebaskan'
Konsep "Jiwa yang dibebaskan" dalam konteks Hindu berhubungan dengan pencapaian kebebasan spiritual dari belenggu kehidupan material, yang tercermin dalam berbagai tradisi dan ajaran di dalam agama ini. Dalam Shaivisme, mereka yang dianggap sebagai entiti Shivas telah mencapai pembebasan melalui anugerah Shiva, menjadikan mereka contoh visi dan tindakan yang abadi dan tidak terbatas [3]. Sementara itu, dalam Vaishnavisme, individu yang telah melepaskan diri dari belenggu material dan ilusi mampu sepenuhnya mengenali dan mengalami sifat spiritual mereka [4]. Konsep ini juga diteruskan dengan penjelasan mengenai "hamsas", yang menyiratkan jiwa terlepas yang terlibat dalam praktik spiritual dan memberi penindasan pada kondisi material [5].
Jiwa yang telah memperoleh pembebasan sering kali terlihat dalam konteks pergerakan dari siklus kelahiran dan kematian, yang dikenal sebagai "moksha" [6]. Mereka yang mencapai moksha tidak hanya bebas dari belenggu material tetapi juga berupaya untuk mengetahui kebenaran spiritual yang lebih dalam [7]. Menariknya, meskipun jiwa-jiwa ini telah mengalami pembebasan, ada yang kurang merasakan kebahagiaan sesuai dengan nafsu yang dialami para pemuja bhakti [8].
Skolastik kebenaran purana mengedepankan jiwa yang telah melepaskan diri dari ikatan material dan mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi, sering kali diungkap melalui pengabdian kepada Tuhan . Dalam pengertian yang sama, jiwa-jiwa ini hidup dalam kesatuan dengan Brahman dan tidak lagi terikat oleh pengalaman fisik , menjadi simbol dari pencapaian spiritual yang lebih tinggi.
Yoga juga dianalisis dalam konteks pembebasan ini, merujuk kepada cabang falsafah Hindu yang menggabungkan usaha fizikal dan spiritual, membantu individu untuk mencapai keadaan bebas dari penderitaan dan ikatan melalui praktik dan meditasi.
Sementara itu, melalui ajaran Vedanta, jiwa yang telah mencapai kebebasan dari ilusi menjalani satu pengalaman yang autentik dari sifat sejatinya—sebagai kecerdasan murni [9]. Konsep jiwa yang bebas ini juga dinyatakan dalam Ajaran Bhagavad Gita, di mana mereka yang mengalami pencerahan spiritual dianggap telah mencapai kebebasan mutlak [10].
Secara keseluruhan, "Jiwa yang dibebaskan" menggambarkan pencapaian yang teramat tinggi dalam konteks agama Hindu, mengisyaratkan pencarian yang berterusan untuk mengatasi kesumpahan duniawi dan menuju kesatuan dengan yang ilahi, mewakili perjalanan individu ke arah penemuan diri dan spiritual yang lebih mendalam .
Konsep Jain 'Jiwa yang dibebaskan'
Dalam konteks Jainisme, konsep "jiwa yang dibebaskan" merujuk kepada jiwa yang telah mencapai pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian, yang dikenali sebagai moksha. Jiwa-jiva yang telah meraih keadaan ini menikmati kebahagiaan mutlak dan tidak terpengaruh oleh pengaruh karma. Jiwa-jiwa ini tidak menjalani reinkarnasi dan wujud dalam keadaan yang bebas dari semua ikatan duniawi, menggambarkan kemurnian dan kebebasan mutlak yang dicari oleh setiap individu. Mereka dikategorikan sebagai Siddha, yang berarti mereka telah meninggalkan semua beban dan terikat dengan dunia, berbeza dengan jiwa-jiwa yang masih terikat pada karma dan duniawi [11][12].
Dalam Jainisme, jiwa yang dibebaskan dianggap sebagai entiti yang tidak berkomunikasi melalui bahasa dan berada dalam keadaan pencerahan yang murni. Jiwa-jiwa ini juga dihormati dalam ritual dan doa, mencerminkan kepentingan spiritual yang tinggi [13][14]. Mereka yang telah mencapai kebebasan dijelaskan sebagai jiwa yang tidak terjebak dalam transformasi fizikal, dan berupaya untuk bergerak tanpa halangan dalam perjalanan spiritual mereka [15].
Kedudukan jiwa-jiwa tersebut berada dalam dunia Ratnaprabha, sebuah tempat yang menunjukkan tahap pencerahan dan kebebasan. Jiwa-jiwa ini digambarkan tidak mengalami kebangkitan semula, yang menunjukkan bahawa mereka telah meninggalkan sifat duniawi [16][17]. Dengan kata lain, jiwa yang telah dibebaskan berbeza dengan jiwa yang masih terikat dalam siklus yang tidak berkesudahan, menyiratkan perjalanan mencapai pencerahan dan kebebasan mutlak adalah tujuan utama dalam ajaran Jainisme [18].
Konsep Jiwa yang dibebaskan dalam sumber tempatan dan serantau
Konsep "Jiwa yang dibebaskan" merujuk kepada individu yang melampaui batasan manusia dan menghayati sifat ilahi yang tinggi, terpisah dari kebaikan dan kejahatan [19]. Ia juga menggambarkan roh yang bebas dari penderitaan fizikal, menekankan kebebasan setelah mati [20].
Sumber dan rujukan untuk bacaan lanjut
Senarai di atas adalah berdasarkan beberapa artikel (Bahasa Inggeris) dalam agama Buddha, Hindu, Jainisme, Sejarah dan tradisi rohani yang lain. Sumber yang digunakan dan maklumat lanjut tentang maksud simbol "Jiwa yang dibebaskan" boleh didapati di bawah untuk rujukan:
-) Tattvasangraha [with commentary] door Ganganatha Jha: ^(1), ^(2)
-) The Sarva-Darsana-Samgraha door E. B. Cowell: ^(3)
-) Bhakti-rasamrta-sindhu door ÅšrÄ«la RÅ«pa GosvÄmÄ«: ^(4), ^(5)
-) Brihad Bhagavatamrita (commentary) door ÅšrÄ« ÅšrÄ«mad BhaktivedÄnta NÄrÄyana GosvÄmÄ« MahÄrÄja: ^(6), ^(7), ^(8)
-) Brahma Sutras (Shankara Bhashya) door Swami Vireshwarananda: ^(9)
-) Brahma Sutras (Ramanuja) door George Thibaut: ^(10)
-) Bhagavati-sutra (Viyaha-pannatti) door K. C. Lalwani: ^(11), ^(13), ^(14), ^(16)
-) Tattvartha Sutra (with commentary) door Vijay K. Jain: ^(12), ^(15), ^(17), ^(18)
-) Triveni Journal: ^(19), ^(20)